Bismillah..
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 👋
Cuaca di Bogor sedang mendung saat ini, tapi masih tetap enak kok untuk kita ngobrol-ngobrol di teras rumah. Tak lama hujanpun mulai turun. Sambil menyeruput kopi dingin yang menemaniku untuk merenung, ditambah anakku masih bobo. Uuuhhh sungguh nikmat rasanya.
Kali ini aku jadi membayangkan tulisan-tulisan yang sudah kubuat kemarin-kemarin. Utamanya soal mengawali belajar di Matrikulasi ini. Gak disangka, semakin hari materi pembelajaran di sini semakin dalam dan mengerucut. Tapi itu tak menyurutkan semangatku untuk tetap belajar.
Kemarin, mba Rusna Meswari atau yang sering disapa mba Una ini, ngobrol-ngobrol soal Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga.
Menurut mba Una,
Ibu profesional adalah ibu yang mau bersungguh-sungguh menjalankan perannya bukan hanya saat diberikan peran saja, tapi saat sejak sebelum dan sesudah peran itu disandang.
Ibu profesional juga merupakan perempuan yang bangga dengan perannya sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya.
Ibu profesional juga senantiasa memantaskan diri dengan berbagai ilmu, agar dia bisa bersungguh-sungguh menjalankan perannya dengan kualitas yang sangat baik.
Seketika langsung bertanya pada diri, apakah aku sudah bisa dikatakan ibu yang profesional? Hhmmm..
Rumah adalah gerbangnya peradaban.
Bermula dari rumahlah kita bisa menemukan peran peradaban. Kita sebagai ibu dan orang tua harus sadar bahwa kita adalah bagian dari peradaban dunia. Ini perlu diaris bawahi menurutku. Kenapa? Karena memang seringnya orang tua lupa bahwa kitalah pemegang tongkat arsitektur peradaban.
Kita begitu menginginkan memiliki generasi yang unggul, tapi kita sering lupa bahwa semua itu berawal dari rumah. Mba Una juga menekankan bahwa kita inilah cikal bakal pembangun peradaban. Kita jugalah yang seharusnya memandu anak-anak menemukan peran peradabannya sesuai fitrahnya, karena anak akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya.
Cukup kompleks ya? Tapi ya memang betul. Persis seperti yang dikatakan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam:
Dari Abi Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Aku merenung kembali. Bertanya lagi pada diri ini. Apa sebenarnya peranku saat ini?
Ya, sudah jelas bahwa posisiku saat ini adalah seorang istri dan ibu. Tapi apakah aku sudah berperan dengan maksimal? Huh, sepertinya belum bahkan masih sangat jauh. Karena aku masih terbilang jet lag dalam pernikahan. Maklum, seumur hidup sebelum menikah, aku selalu tinggal dengan orang tua. Jadi ketika menikah dan berpisah dari orang tua, menjalankan peran sepenuhnya menjadi istri, banyak hal baru yang membuat terkaget-kaget. Tapi..
Ayo bangun! Jangan lama-lama jet lag-nya!
Aku sekarang ada di jalan yang tepat. Alhamdulillah, biidznillah.. Aku menemukam komunitas ini untuk belajar menjadi perempuan seutuhnya, menjadi istri dan juga ibu yang bahagia. Tak boleh berkecil hati lagi. Sekarang ini saatnya aku belajar.
Ya, belajar di sini, di komunitas Ibu Profesional.
It's never too late!
Setelah mengarungi samudera selama belajar di Matrikulasi ini, akhirnya aku mulai sedikit memahami bahwa disini kita akan belajar sesuai dengan fitrah & kemampuan masing-masing individu, sehingga kita tak lagi memiliki beban yang berat dipundak. Karena kita tahu bahwa kita memiliki potensi terbaik dalam diri, dan kita bisa kembangkan sesuka hati asalkan kita bahagia.
Perlahan aku juga belajar bahwa sangat perlu keterbukaan dalam setiap individu untuk menciptakan keluarga yang harmonis dan bahagia. Di IP ini sering disebut sebagai 3 mantra IP yaitu:
- Ngobrol bareng,
- Main bareng, dan
- Diskusi bareng.
Mantra ini cukup unik bagiku, karena selama 5 tahun pernikahan, kami sudah sering melakukannya tapi belum yang sampai mendalam sekali. Aku sedikit belajar soal mantra ini setelah menikah. Tapi entah kenapa, karena aku ini orangnya melankolis, jadi kalau ngomong dari hati ke hati, ending-nya selalu meneteskan air mata, dan aku kadang suka kesal. Ada yang kayak gini juga gak sih? 😆
***
Kembali mba Una juga memberikan pengetahuan baru bagiku, bahwa kita sebenarnya memiliki 4 kebutuhan dasar sebagai orang tua yaitu:
- Mengelola mental state (kondisi kejiwaan): mengelola pikiran, perasaan, tindakan dll.
- Komunikasi sebaya: dengan belajar cara berkomunikasi, memperhatikan intonasi.
- Updating status: meningkatkan status kita saat ini dari yang tidak bisa menjadi bisa tentang sesuatu, dan membuat keselarasan dengan visi keluarga.
- Apresiasi bukan evaluasi: dengan mengapresiasi sekecil apapun progress dan bukan merujuk lada hasil.
Menurutku, ibu yang profesional adalah Perempuan yang sangat tahu perannya sebagai ibu, perempuan yang mau berjuang dan berusaha sangat keras menjadi ibu dan istri terbaik bagi keluarganya, dan dia adalah perempuan yang tidak pernah berhenti belajar ilmu dunia dan akhirat untuk mengingatkan kualitas dirinya baik lahir maupun bathin.
- selalu memprioritaskan Allah, Rasulullah, suami, anak, dan baru diri sendiri,
- mampu mencetak anak-anak yang shalih dan shalihah,
- mampu menciptakan keluarga yang berakhlak mulia, beradab dan berilmu,
- bisa mengelola emosi dengan baik dan selalu merasa bahagia,
- bisa mengelola keperluan keluarga dengan baik,
- bisa membuat suasana yang nyaman, tenang dan bahagia di rumah,
- mampu memenej waktu dan keuangan dengan baik,
- merasa sangat dibutuhkan suami dan anak,
- suami dan anak merasa sangat senang jika berada didekatnya.
Ibu yang profesional adalah ibu yang mau terus belajar dalam hal apapun untuk memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik, mau meningkatkan kualitas agamanya, mau meningkatkan kualitas pendidikan formal dan informal. Ibu yang profesional adalah perempuan yang juga selalu mengutamakan keluarga.
Aku suka Mama yang kalo masak, makanannya enaaaak semua. Aku suka Mama yang terus-terusan main dan belajar sama aku, gak suka yang terus-terusan kerja, kalo kerja aku ikut.
Aku suka sama Mama, sayang sekali sama Mama, soalnya Mama masakannya enaaaakk dan main sama aku.
Rabbanaa hablanaa min azwajinaa wadzurriyyatinaa qurrota a'yun, waj'alnaa lilmuttaqiina imaamaa
Comments
Post a Comment